Minggu, 10 Januari 2016

isitilah medik dalam sistem gastrointestinal


Term
Definitions
Anasomosis
-       Hubungan antara dua pebuluh oleh saluran-saluran kolatelar.
-       Pembukaan yang terbentuk karena pembedahan, keadaan traumatic, atau patologis antara dua tempat atau organ yang sebenarnya berbeda.
Antidiarrheas
Mengontrol tau menghentikan diare
Antiemetics
Mencegah atau meringankan mual dan muntah juga agen yang mencegah atau merigankan mual dan muntah
Antispasmodics
Mencegah atau meredakan spasme.
Agen yang bekerja seperti itu
Appendicitis
 Peradangan appendic permiformis
Ascites
Efusi dan pengumpulan cairan serosa dirongga abdomen.
Barium enema
Pemeriksaan X-Ray pada usus besar (colon) yang sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate ( a radiopaque contrast medium )
Cachexia
Kelainan keadaan konstitusional yang nyata dan menonjol ; kesehatan umum yang buruk dan mall nutrisi
Esophagogastroduodenoscopy
Pemeriksaan endoskopi pada esophagus, lambung dan duodenum.
Flatus
-       Gas atau udara di dalam saluran cerna.
-       Gas atau udara yang dikeluarkan melalui anus.
GERD
Gastroesophageal reflux disease adalah kondisi dimana asam dan isi perut berbalik arah sehingga keluar ke kerongkongan.
Halitosis
Bau nafas yang menusuk
Hematemesis
Muntah darah
Irritable Bowel
-       Usus yang mampu bereaksi terhadap rangsangan.
-       Kepekaan abnormal usus terhadap rangsangan.
Melena
Keluarnya feses hitam yang diwarnai oleh darah yang berubah
Peristalsis
Gerakan mirip cacing pada saluran pencernaan atau organ tubular lainnya yang dilengkapi dengan serabut otot longitudinal serta sirkular, dimana gerakan ini mendorong isinya, terdiri atas gelombang kontraksi yang berjalan disepanjangsaluran dengan jarak yang berbeda-beda.
Regurgitation
Aliran yang berlawanan arah dengan keadaan normalnya, seperti pada pengeluaran kembali makanan yang tidak tercerna, atau aliran balik darah melalui katub jantung yang rusak.
Steatorrhea
Jumlah lemak yang berlebihan pada feses
Ultrasonography
Gambaran struktur dalam tubuh dengan mencatat gema pulsagelombang ultrasonic yang diarahkan kedalam jaringan dan dipantulkan oleh bidang jaringan dimana terdapat perubahan densitas
Anorexia
Tidak ada atau hilangnya selera makan.
Bulimia
Gangguan mental yang mengenai perempuan remaja dan wanita mudah, dici
Cheilosia
Fisura dan penyisikan permukaan merah dari bibir dan sudut-sudut mulut, merupakan sifat dan defisiensi riboflavin.
Celiac disease
Gangguan pencernaan kronis warisan dimana terdapat kerusakan pada lapisan usus kecil yang mengarah pada malabsorpsi mineral dan nutrisi.
Constipation
Evakuasi feses yang jarang atau sulit
Irritable bowel syndrome (IBS)
Gangguan usus yang menyebabkan perut sakit kram atau kembung dan diare atau sembelit.
Megacolon
Dilatasi dan hipertrofi ( pembengkakan ) colon, disertai dengan konstipasi kronis ; tetapi disrtai dengan persarafan sel gangion normal
Obstipation
Konstipasi yang tidak terobati.
Billroth operations

Nasogastrie (NG) tube
Saluran yang menghubungkan hidung dan lambung.

Asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,  dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B.   RUMUSAN MASALAH
a.    Bagaimana asuhan keperawatan HIV AIDS yang meliputi pengkajian bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural ?
b.    Apa saja diagnosa keperawatan pada pasien HIV AIDS ?
c.    Apa saja intervensi keperawatan pada pasien HIV AIDS ?




















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengkajian
a.    Data pasien
Nama                   :
Umur                    :
Alamat                  :
Agama                 :
Pekerjaan            :
b.    Riwayat kesehatan
1)    Riwayat kesehatan sekarang
2)    Riwayat kesehatan dahulu
c.    Pemeriksaan Umum
1.    Aktivitas / istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2.    Sirkulasi :
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3.    Integritas ego :
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
4.    Elimiinasi :
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, absesrektal.
5.    Makanan / cairan :
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
6.    Neurosensori :
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.
7.    Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yangsakit.
8.    Pernafasan :
Batuk, Produktif  / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

PEMERIKSAAN BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, KULTURAL, DAN SPIRITUAL
a.    Biologis
Respons Biologis (Imunitas)
Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC).
Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam sel membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse transcripatase yang terdiri dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim ribonuclease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk kopi DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart, 1997; Baratawidjaja, 2000).
Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk ke inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus disisipkan dalam DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Stewart, 1997). Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel – sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus, dan sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997). Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari pasien
setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang terinfeski virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama bertahuntahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami penurunan jumlahnya dari 1000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200 – 300/ul setelah terinfeksi 2 – 10 tahun (Stewart, 1997).

b.    Psikologis
Reaksi Psikologis Pasien HIV
Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
1.    Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah, acting out
2.    Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri, Khawatir menginfeksi orang lain, murung
3.    Membuka status secara terbatas, Ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stres, ingin dicintai Penolakan, stres, konfrontasi
4.    mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan, penguatan, dukungan sosial Ketergantungan, campur tangan, tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya
5.    Status khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus, perbedaan menjadi hal yang istmewa, dibutuhkan oleh yang lainnya Ketergantungan, dikotomi kita dan mereka (sema orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification
6.    Perilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi, perasaan sebagi kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang berlebihan
7. Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri, keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah.
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu.
a.    Pengingkaran (denial) Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya. Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan pasien “saya di sini istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan memproyeksikan pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan laboratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat yang tidak kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).  
b.    Kemarahan (anger) Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan dengan marah dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada disekitarnya. Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua tindakan perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah, mudah tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak, yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
c.    Sikap tawar menawar (bargaining) Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya. Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh (Achir Yani, 1999).
d.    Depresi Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah dan pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien mencoba perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan, bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru dalam keluarga intensitas depresi tergantung pada makna dan beratnya penyakit (Netty, 1999). e) Penerimaan dan partisipasi Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien beradapatasi, kepedihan dari kesabatan yang menyakitkan berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai seseorang yang keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai seorang cacat. Pasien mampu bergantung pada orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya tahannya atau terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidakadekuatan (Hudak & Gallo, 1996). Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang kronis akan menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel. Adaptasi dari jaringan atau sel imun yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk bila dalam waktu lain menderita stres, dalam teori adaptasi dari Roy dikenal dengan mekanisme regulator.

c.    Sosial
Interaksi social
-       Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
-       Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.

d.    Spiritual
Respons Adaptif Spiritual
Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:
1.    Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
2.    Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
3.    Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya.
Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.

e.    Kultural
Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position (posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya.
Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupanya.

B.   Diagnosa Keperawatan
1)     Bersihan Jalan Nafas tidak efektif                       
2)     Pola Nafas tidak efektif                           
3)     Gangguan Pertukaran gas                           
4)     Kurang Pengetahuan                           
5)     Risiko Aspirasi                               
6)     Hipertermia                                   
7)     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh        
8)     Defisit Volume Cairan                                
9)     Kelebihan Volume Cairan                            
10)  Risiko infeksi                                
11)  Intoleransi aktivitas                                
12)  Kerusakan integritas kulit                            
13)  Kecemasan                                    
14)  Takut                                        
15)  Penurunan curah jantung                            
16)  Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif                
17)  Perfusi jaringan cerebral tidak efektif                    
18)  Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif                
19)  Perfusi jaringan renal tidak efektif                    
20)  Defisit perawatan diri                            
21)  Risiko gangguan integritas kulit                        
22)  Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh        
23)  Nyeri akut                                    
24)  Nyeri Kronis                                    
25)  Gangguan mobilitas fisik                            
26)  Risiko trauma                                
27)  Risiko Injury                                    
28)  Mual                                        
29)  Diare                                        
30)  Konstipasi                                    
31)  Gangguan pola tidur                            
32)  Retensi urin                                   
33)  Kerusakan integritas jaringan                        
34)  Gangguan body image                            
35)  Manejemen regimen terapeutik tidak efektif                
36)  Kelelahan












C.   Intervensi
a.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
NOC:
a.  Nutritional status: Adequacy of nutrient
b.  Nutritional Status : food and Fluid Intake
c.  Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
·         Albumin serum
·         Pre albumin serum
·         Hematokrit
·         Hemoglobin
·         Total iron binding capacity
·         Jumlah limfosit
·         Kaji adanya alergi makanan
·         Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
·         Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
·         Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
·         Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
·         Monitor lingkungan selama makan
·         Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
·         Monitor turgor kulit
·         Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
·         Monitor mual dan muntah
·         Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
·         Monitor intake nuntrisi
·         Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
·         Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
·         Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
·         Kelola pemberan anti emetik:.....
·         Anjurkan banyak minum
·         Pertahankan terapi IV line
·         Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval





b.    Intoleransi aktivitas

Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
·         Tirah Baring atau imobilisasi
·         Kelemahan menyeluruh
·         Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC :
·         Self Care : ADLs
·         Toleransi aktivitas
·         Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
·         Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
·         Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
·         Keseimbangan aktivitas dan istirahat
NIC :
·    Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
·    Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
·    Monitor nutrisi  dan sumber energi yang adekuat
·    Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
·    Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
·    Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
·    Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
·    Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
·    Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
·    Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
·    Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
·    Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai
·    Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
·    Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
·    Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
·    Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
·    Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual






c.       Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
NOC :
·         Pain Level,
·         pain control,
·         comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·         Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·         Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·         Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·         Tanda vital dalam rentang normal
·         Tidak mengalami gangguan tidur


NIC :
·         Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
·         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·         Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·         Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·         Kurangi faktor presipitasi nyeri
·         Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·         Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
·         Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
·         Tingkatkan istirahat
·         Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
·         Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

d.    Kerusakan integritas jaringan


Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan:
Gangguan sirkulasi, iritasi kimia (ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi), defisit cairan, kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan pengetahuan, faktor mekanik (tekanan, gesekan),kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang ekstrim)
NOC:
·         Tissue integrity : skin and mucous membranes
·         Wound healing : primary and secondary intention
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. kerusakan integritas jaringan
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·         Perfusi jaringan normal
·         Tidak ada tanda-tanda infeksi
·         Ketebalan dan tekstur jaringan normal
·         Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang
·         Menunjukkan  terjadinya proses penyembuhan luka
NIC :
Pressure ulcer prevention
Wound care
·         Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
·         Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
·         Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
·         Monitor kulit akan adanya kemerahan
·         Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
·         Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
·         Monitor status nutrisi pasien
·         Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
·         Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
·         Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
·         Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
·         Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
·         Cegah kontaminasi feses dan urin
·         Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
·         Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
·         Hindari kerutan pada tempat tidur

e.    Gangguan body image

Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Gangguan body image berhubungan dengan:
Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
NOC:
·         Body image
·         Self esteem
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan body image
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·         Body image positif
·         Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
·         Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
·         Mempertahankan interaksi sosial
NIC :
Body image enhancement
·         Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
·         Monitor frekuensi mengkritik dirinya
·         Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
·         Dorong klien mengungkapkan perasaannya
·         Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
·         Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV, Salemba Medika, Jakarta 2013

Nursalam, S.Kep.Ners dkk, Jurnal Keperawatan edisi bulan November,Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga 2007

Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC. Jakarta. Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.

Diagnosa nanda nic-noc, 2010.