Term
|
Definitions
|
Anasomosis
|
-
Hubungan
antara dua pebuluh oleh saluran-saluran kolatelar.
-
Pembukaan
yang terbentuk karena pembedahan, keadaan traumatic, atau patologis antara
dua tempat atau organ yang sebenarnya berbeda.
|
Antidiarrheas
|
Mengontrol tau
menghentikan diare
|
Antiemetics
|
Mencegah atau
meringankan mual dan muntah juga agen yang mencegah atau merigankan mual dan
muntah
|
Antispasmodics
|
Mencegah atau
meredakan spasme.
Agen yang bekerja
seperti itu
|
Appendicitis
|
Peradangan appendic permiformis
|
Ascites
|
Efusi dan
pengumpulan cairan serosa dirongga abdomen.
|
Barium enema
|
Pemeriksaan X-Ray
pada usus besar (colon) yang sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate ( a
radiopaque contrast medium )
|
Cachexia
|
Kelainan keadaan
konstitusional yang nyata dan menonjol ; kesehatan umum yang buruk dan mall
nutrisi
|
Esophagogastroduodenoscopy
|
Pemeriksaan endoskopi
pada esophagus, lambung dan duodenum.
|
Flatus
|
-
Gas
atau udara di dalam saluran cerna.
-
Gas
atau udara yang dikeluarkan melalui anus.
|
GERD
|
Gastroesophageal
reflux disease adalah kondisi dimana asam dan isi perut berbalik arah
sehingga keluar ke kerongkongan.
|
Halitosis
|
Bau nafas yang
menusuk
|
Hematemesis
|
Muntah darah
|
Irritable Bowel
|
-
Usus
yang mampu bereaksi terhadap rangsangan.
-
Kepekaan
abnormal usus terhadap rangsangan.
|
Melena
|
Keluarnya feses
hitam yang diwarnai oleh darah yang berubah
|
Peristalsis
|
Gerakan mirip
cacing pada saluran pencernaan atau organ tubular lainnya yang dilengkapi
dengan serabut otot longitudinal serta sirkular, dimana gerakan ini mendorong
isinya, terdiri atas gelombang kontraksi yang berjalan disepanjangsaluran
dengan jarak yang berbeda-beda.
|
Regurgitation
|
Aliran yang
berlawanan arah dengan keadaan normalnya, seperti pada pengeluaran kembali
makanan yang tidak tercerna, atau aliran balik darah melalui katub jantung
yang rusak.
|
Steatorrhea
|
Jumlah lemak yang berlebihan
pada feses
|
Ultrasonography
|
Gambaran struktur
dalam tubuh dengan mencatat gema pulsagelombang ultrasonic yang diarahkan
kedalam jaringan dan dipantulkan oleh bidang jaringan dimana terdapat
perubahan densitas
|
Anorexia
|
Tidak ada atau
hilangnya selera makan.
|
Bulimia
|
Gangguan mental
yang mengenai perempuan remaja dan wanita mudah, dici
|
Cheilosia
|
Fisura dan
penyisikan permukaan merah dari bibir dan sudut-sudut mulut, merupakan sifat
dan defisiensi riboflavin.
|
Celiac disease
|
Gangguan pencernaan
kronis warisan dimana terdapat kerusakan pada lapisan usus kecil yang
mengarah pada malabsorpsi mineral dan nutrisi.
|
Constipation
|
Evakuasi feses yang
jarang atau sulit
|
Irritable bowel
syndrome (IBS)
|
Gangguan usus yang
menyebabkan perut sakit kram atau kembung dan diare atau sembelit.
|
Megacolon
|
Dilatasi dan
hipertrofi ( pembengkakan ) colon, disertai dengan konstipasi kronis ; tetapi
disrtai dengan persarafan sel gangion normal
|
Obstipation
|
Konstipasi yang
tidak terobati.
|
Billroth operations
|
|
Nasogastrie (NG)
tube
|
Saluran yang
menghubungkan hidung dan lambung.
|
Minggu, 10 Januari 2016
isitilah medik dalam sistem gastrointestinal
Asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke
berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa
AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan
pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik
di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta
(antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi
dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari
2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus
kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen
PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang
terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah
membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 –
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina
dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana
asuhan keperawatan HIV AIDS yang meliputi pengkajian bio, psiko, sosial,
spiritual, dan kultural ?
b. Apa saja
diagnosa keperawatan pada pasien HIV AIDS ?
c. Apa saja
intervensi keperawatan pada pasien HIV AIDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengkajian
a. Data pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat
kesehatan sekarang
2) Riwayat
kesehatan dahulu
c. Pemeriksaan
Umum
1. Aktivitas /
istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, malaise
2. Sirkulasi :
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan
sianosis.
3. Integritas
ego :
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus
asa, depresi, marah, menangis.
4. Elimiinasi :
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan
abdominal, absesrektal.
5. Makanan /
cairan :
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada
rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
6. Neurosensori
:
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk,
apatis, dan respon melambat.
7. Nyeri /
kenyamanan :
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada
sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian
yangsakit.
8. Pernafasan :
Batuk, Produktif
/ non produktif, takipnea, distres pernafasan.
PEMERIKSAAN
BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, KULTURAL, DAN SPIRITUAL
a.
Biologis
Respons Biologis (Imunitas)
Secara
imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut limfosit
CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV
menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung,
sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxic
HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul
gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivasi
sel yang mempresentasikan antigen (APC).
Setelah
HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul tersebut
melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam sel
membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse transcripatase yang
terdiri dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA,
dengan enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim
ribonuclease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk kopi DNA
kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart, 1997; Baratawidjaja,
2000).
Kode
genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk ke inti sel.
Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus disisipkan dalam DNA
pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi yang
menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Stewart, 1997). Virus HIV
yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam
sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel – sel hobfour
plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus,
dan sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak
adalah encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart,
1997). Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya
baru disadari pasien
setelah
beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang terinfeski virus
HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama bertahuntahun. Sepanjang
perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami penurunan jumlahnya dari
1000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200 – 300/ul setelah terinfeksi 2 –
10 tahun (Stewart, 1997).
b.
Psikologis
Reaksi
Psikologis Pasien HIV
Reaksi Proses psikologis
Hal-hal yang biasa di jumpai
1.
Shock
(kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak
berdaya Rasa takut, hilang akal,
frustrasi, rasa sedih, susah, acting out
2.
Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri, Khawatir menginfeksi orang lain, murung
3.
Membuka status secara terbatas, Ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stres, ingin dicintai
Penolakan, stres, konfrontasi
4.
mencari
orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan,
penguatan, dukungan sosial
Ketergantungan, campur tangan, tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya
5.
Status
khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus, perbedaan
menjadi hal yang istmewa,
dibutuhkan oleh yang lainnya
Ketergantungan, dikotomi kita dan mereka (sema orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification
6.
Perilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuan kelompok,
kepuasan memberi dan berbagi,
perasaan sebagi kelompok Pemadaman,
reaksi dan kompensasi yang
berlebihan
7. Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri, keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah.
7. Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri, keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah.
Respons
Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974) menguraikan
lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu.
a. Pengingkaran (denial) Pada tahap pertama pasien menunjukkan
karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan mengalami makna
rasional dan dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat disebabkan
karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah mengetahuinya dan
mengancam dirinya. Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan pasien “saya di sini
istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan memproyeksikan
pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan
laboratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat yang tidak
kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan kecemasan,
pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang
sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi
fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).
b. Kemarahan (anger) Apabila pengingkaran tidak dapat
dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi kemarahan. Perilaku
pasien secara karakteristik dihubungkan dengan marah dan rasa bersalah. Pasien
akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada disekitarnya. Biasanya
kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan. Yang menjadi
sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua tindakan perawat serba
salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar,
menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah, mudah tersinggung, minta
banyak perhatian dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap
menolak, yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan
menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
c. Sikap tawar menawar (bargaining) Setelah marah-marah
berlalu, pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya.
Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan Tuhan, meminta
dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan menjadi
lebih baik bila terjadi sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia
dapat sembuh (Achir Yani, 1999).
d. Depresi Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan
marah dan pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif.
Pasien mencoba perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat
emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan, bersalah,
penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis berguna pada saat ini.
Perilaku fase ini termasuk mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran
baru dalam keluarga intensitas depresi tergantung pada makna dan beratnya
penyakit (Netty, 1999). e) Penerimaan dan partisipasi Sesuai dengan berlalunya
waktu dan pasien beradapatasi, kepedihan dari kesabatan yang menyakitkan
berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai seseorang yang keterbatasan
karena penyakitnya dan sebagai seorang cacat. Pasien mampu bergantung pada
orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya tahannya
atau terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidakadekuatan (Hudak & Gallo,
1996). Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang
kronis akan menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel. Adaptasi
dari jaringan atau sel imun yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk bila
dalam waktu lain menderita stres, dalam teori adaptasi dari Roy dikenal dengan
mekanisme regulator.
c.
Sosial
Interaksi social
-
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh
diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut
untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal
karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.
-
Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/
orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
d.
Spiritual
Respons Adaptif Spiritual
Respons
Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan Kauman &
Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:
1. Menguatkan
harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak
mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”.
Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan,
misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
2. Pandai
mengambil hikmah
Peran
perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk
selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua
cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus
difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan
melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh
suatu ketenangan selama sakit.
3. Ketabahan
hati
Karakteristik
seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan.
Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi
setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam
menentukan kehidupannya.
Ketabahan
hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan
memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak;
bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya
(Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan
pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.
e.
Kultural
Faktor budaya berkaitan juga dengan
fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik”
tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual
selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat
berat dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position
(posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak
memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya.
Kebijakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan
bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial
bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian
pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari,
harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupanya.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
2) Pola Nafas tidak efektif
3) Gangguan Pertukaran gas
4) Kurang Pengetahuan
5) Risiko Aspirasi
6) Hipertermia
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
8) Defisit Volume Cairan
9) Kelebihan Volume Cairan
10) Risiko infeksi
11) Intoleransi aktivitas
12) Kerusakan integritas kulit
13) Kecemasan
14) Takut
15) Penurunan curah jantung
16) Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak
efektif
17) Perfusi jaringan cerebral tidak
efektif
18) Perfusi jaringan gastrointestinal
tidak efektif
19) Perfusi jaringan renal tidak efektif
20) Defisit perawatan diri
21) Risiko gangguan integritas kulit
22) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
23) Nyeri akut
24) Nyeri Kronis
25) Gangguan mobilitas fisik
26) Risiko trauma
27) Risiko Injury
28) Mual
29) Diare
30) Konstipasi
31) Gangguan pola tidur
32) Retensi urin
33) Kerusakan integritas jaringan
34) Gangguan body image
35) Manejemen regimen terapeutik tidak
efektif
36) Kelelahan
C.
Intervensi
a.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
|
NOC:
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
·
Albumin serum
·
Pre albumin serum
·
Hematokrit
·
Hemoglobin
·
Total iron binding capacity
·
Jumlah limfosit
|
·
Kaji adanya alergi makanan
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
·
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
·
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
·
Monitor adanya penurunan BB dan gula
darah
·
Monitor lingkungan selama makan
·
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
·
Monitor turgor kulit
·
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
·
Monitor mual dan muntah
·
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
·
Monitor intake nuntrisi
·
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
·
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
·
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
·
Kelola pemberan anti emetik:.....
·
Anjurkan banyak minum
·
Pertahankan terapi IV line
·
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
|
b.
Intoleransi aktivitas
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
·
Tirah Baring atau imobilisasi
·
Kelemahan menyeluruh
·
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
|
NOC :
·
Self Care : ADLs
·
Toleransi aktivitas
·
Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi
terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
·
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
·
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
·
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
|
NIC :
· Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
· Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
· Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
· Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
· Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
· Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
· Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran
terapi yang tepat.
· Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
· Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
· Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
· Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
· Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
· Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
· Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
· Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
·
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
·
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
|
c.
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
|
NOC :
·
Pain Level,
·
pain control,
·
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan
selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
·
Tanda vital dalam rentang normal
·
Tidak mengalami gangguan tidur
|
NIC :
·
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
·
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
·
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
·
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·
Kurangi faktor presipitasi nyeri
·
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
·
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
·
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri: ……...
·
Tingkatkan istirahat
·
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
·
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
|
d.
Kerusakan integritas jaringan
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan:
Gangguan sirkulasi, iritasi kimia (ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi),
defisit cairan, kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan pengetahuan, faktor
mekanik (tekanan, gesekan),kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang
ekstrim)
|
NOC:
·
Tissue integrity : skin and mucous
membranes
·
Wound healing : primary and secondary
intention
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. kerusakan integritas
jaringan
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·
Perfusi jaringan normal
·
Tidak ada tanda-tanda infeksi
·
Ketebalan dan tekstur jaringan normal
·
Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang
·
Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
|
NIC :
Pressure ulcer prevention
Wound care
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
·
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
·
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
·
Monitor kulit akan adanya kemerahan
·
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
·
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
·
Monitor status nutrisi pasien
·
Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
·
Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
·
Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
·
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
·
Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
·
Cegah kontaminasi feses dan urin
·
Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
·
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
·
Hindari kerutan pada tempat tidur
|
e.
Gangguan body image
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan body image berhubungan dengan:
Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi (nyeri kronis),
kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan,
kemoterapi, radiasi)
|
NOC:
·
Body image
·
Self esteem
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan body image
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·
Body image positif
·
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
·
Mendiskripsikan secara faktual perubahan
fungsi tubuh
·
Mempertahankan interaksi sosial
|
NIC :
Body image enhancement
·
Kaji secara verbal dan nonverbal respon
klien terhadap tubuhnya
·
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
·
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis penyakit
·
Dorong klien mengungkapkan perasaannya
·
Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
·
Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil
|
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons),
Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV, Salemba
Medika, Jakarta 2013
Nursalam, S.Kep.Ners dkk,
Jurnal Keperawatan edisi bulan November,Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga 2007
Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC.
Jakarta. Arif Mansjoer. (2000). Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.
Diagnosa nanda nic-noc, 2010.
Langganan:
Postingan (Atom)